Bikin Visa Amerika? Siapa takut?!
Hmmm... siapa yang punya pikiran sama dengan saya, bahwa bikin visa Amerika itu ribet bin rempong bin nyusahin dan juga bikin takut? Ya, memang sih. Tapi selama semua persyaratan lengkap, kita jujur dan berniat baik, there's nothing to be afraid of.
Saya awalnya malas, takut, ragu waktu tahu mesti urus ini itu sendiri. Terlebih lagi, saya dan 3 rekan saya yang lain hanya punya waktu kurang dari sebulan untuk mengurus visa. Tapi ternyata, alhamdulillah, visa kami berempat dapat approval meski prosesnya panjang dan penuh drama.
Untuk panduan membuat visa USA yang lengkap, silakan kunjungi link ini. Proses awal pengajuan visa ini adalah membayar biaya pembuatan visa. Biaya yang harus saya bayar waktu mengurus visa bisnis/turis adalah $160 yang bisa dibayarkan di Bank Permata atau Standard Chartered. Tapi ini bayarnya mesti pakai rupiah, lho. Jadi nanti bakalan ada info biaya dalam mata uang rupiah sesuai kurs yang berlaku pada saat mendaftar. Berikutnya adalah mengisi form DS-160. Baaaaaanyak banget point yang harus diisi. Dan ngisinya ini harus hati-hati. Setelah itu, baru deh buat janji wawancara.
Dan di sinilah dramanya mulai intens. Jadwal keberangkatan kami itu kurang lebih 3 minggu lagi (sejak hari pendaftaran visa) dan ternyata jadwal wawancara yang tersedia adalah satu hari sebelum tanggal berangkat. Panik pun mendera. Wah, kami sudah pasrah saja. Nggak mungkin bisa berangkat ini artinya. Tapi ternyata masih ada opsi untuk pengajuan wawancara darurat atas keperluan bisnis. Langsung saja kontak kantor untuk minta dibuatkan surat untuk permohonan wawancara darurat ini. Singkat cerita, kami dapat jadwal wawancara di hari yang sama, dua minggu sebelum tanggal berangkat.
Pas hari wawancara visa, cobaan kembali datang. Saya berangkat kesiangan, jalanan macet nggak ketulungan. Akhirnya sampai di Pramuka, turun mobil dan nyambung naik ojek. Bukan cuma saya, salah satu rekan malah lupa ngeprint form jadwal wawancara dan surat dari kantor, dan akhirnya dia cari warnet terdekat dari kedutaan. Saya sampai kedutaan hampir jam 9, untung masih boleh masuk sama security-nya.
Setelah menitipkan tas dan barang-barang yang nggak boleh dibawa masuk, saya ke ruangan satu untuk menyerahkan form janji wawancara lalu oleh petugas diberikan nomor kelompok 8. Normalnya, di ruangan satu ini perlu mengantre panjang, tapi karena saya kesiangan ya jadi nggak ada antre segala, hehe... hikmah datang kesiangan.
Setelah dapat nomor kelompok, saya masuk ke ruangan berikutnya berisi loket-loket tempat petugas kedutaan. Di dalam, saya bertemu dua rekan saya yang ternyata dapat kelompok 7. Tak seberapa lama, kelompok 8 dipanggil untuk sidik jari. Nah, saya dan rekan saya yang di kelompok 8 ini sama-sama susah dibaca sidik jarinya. Kami harus mengulang dua kali sebelum akhirnya lolos.
Kira-kira selang sepuluh menit, kelompok 7 dipanggil untuk wawancara. Kelompok 8 menyusul kemudian. Saya dan satu rekan saya ternyata berada di sebelah loket dua rekan saya yang di kelompok 7. Mengingat tujuan kami sama, surat dari kantor pun sama, dua rekan saya maju bersamaan saat wawancara, tapi ternyata petugas bilang harus satu-satu. Tapi pas giliran saya, berdua langsung diwawancara bersamaan (well, sebenarnya cuma saya sih yang jawab, si rekan saya cuma manggut-manggut. Gabut dia, hehe).
Semingu kemudian, visa bisa diambil di tempat yang sudah kami pilih sewaktu mengisi form online.
Ah, Amerika, kami datang ˆˆ.
Dan di sinilah dramanya mulai intens. Jadwal keberangkatan kami itu kurang lebih 3 minggu lagi (sejak hari pendaftaran visa) dan ternyata jadwal wawancara yang tersedia adalah satu hari sebelum tanggal berangkat. Panik pun mendera. Wah, kami sudah pasrah saja. Nggak mungkin bisa berangkat ini artinya. Tapi ternyata masih ada opsi untuk pengajuan wawancara darurat atas keperluan bisnis. Langsung saja kontak kantor untuk minta dibuatkan surat untuk permohonan wawancara darurat ini. Singkat cerita, kami dapat jadwal wawancara di hari yang sama, dua minggu sebelum tanggal berangkat.
Pas hari wawancara visa, cobaan kembali datang. Saya berangkat kesiangan, jalanan macet nggak ketulungan. Akhirnya sampai di Pramuka, turun mobil dan nyambung naik ojek. Bukan cuma saya, salah satu rekan malah lupa ngeprint form jadwal wawancara dan surat dari kantor, dan akhirnya dia cari warnet terdekat dari kedutaan. Saya sampai kedutaan hampir jam 9, untung masih boleh masuk sama security-nya.
Setelah menitipkan tas dan barang-barang yang nggak boleh dibawa masuk, saya ke ruangan satu untuk menyerahkan form janji wawancara lalu oleh petugas diberikan nomor kelompok 8. Normalnya, di ruangan satu ini perlu mengantre panjang, tapi karena saya kesiangan ya jadi nggak ada antre segala, hehe... hikmah datang kesiangan.
Setelah dapat nomor kelompok, saya masuk ke ruangan berikutnya berisi loket-loket tempat petugas kedutaan. Di dalam, saya bertemu dua rekan saya yang ternyata dapat kelompok 7. Tak seberapa lama, kelompok 8 dipanggil untuk sidik jari. Nah, saya dan rekan saya yang di kelompok 8 ini sama-sama susah dibaca sidik jarinya. Kami harus mengulang dua kali sebelum akhirnya lolos.
Kira-kira selang sepuluh menit, kelompok 7 dipanggil untuk wawancara. Kelompok 8 menyusul kemudian. Saya dan satu rekan saya ternyata berada di sebelah loket dua rekan saya yang di kelompok 7. Mengingat tujuan kami sama, surat dari kantor pun sama, dua rekan saya maju bersamaan saat wawancara, tapi ternyata petugas bilang harus satu-satu. Tapi pas giliran saya, berdua langsung diwawancara bersamaan (well, sebenarnya cuma saya sih yang jawab, si rekan saya cuma manggut-manggut. Gabut dia, hehe).
Semingu kemudian, visa bisa diambil di tempat yang sudah kami pilih sewaktu mengisi form online.
Ah, Amerika, kami datang ˆˆ.
Add caption |
Komentar
Posting Komentar