Jalan-Jalan ke Jepang 1: Terbang dengan JAL


"Do more of what makes you happy."

And in this world, I would like to travel happily with you.


Semua orang pasti punya hobi yang membuatnya bahagia dan akan meluangkan waktu untuk mewujudkan hobinya. Bagi saya, travelling adalah salah satunya. Sebagai keluarga kecil dengan 2 orang balita (Tama 4 tahun dan Arsya 1 tahun), kami hampir selalu pergi bersama-sama. Tapi ada kalanya kami sebagai suami-istri ingin couple travelling juga, hehehe. Dan akhirnya, rencana nekat itu terwujud juga saat kami berhasil travelling ke Jepang sementara anak-anak tinggal bersama uwa dan bunda-nya (panggilan anak-anak untuk kakak dan ipar saya).

Setelah proses perencanaan singat selama 1 bulan, akhirnya tiba hari keberangkatan, horeee...
Rute penerbangan kami bisa dibilang kurang mainstream, karena biasanya dari Indonesia ke Jepang akan mendarat di Bandara Narita atau Haneda di Tokyo atau Bandara Kansai di Osaka. Kalaupun transit, biasanya di SG, KL, atau Manila. Sedangkan kami, berangkat langsung menuju Narita, lalu transit ke bandara Itami di Osaka, yang adalah bandara domestik. Menagapa kami pilih rute ini? Karena ini opsi yang paling murah untuk taggal keberangkatan sesuai jatah cuti kami, hehe. As simple as that.

Pagi hari tanggal 15 Februari, kami berangkat dari Cibubur jam 4 pagi untuk mengejar penerbangan yang dijadwalkan jam 6.40. Sampai Soetta hampir jam 5, langsung check in, solat subuh, dan menunggu boarding. Jam 5.30 sudah mulai proses boarding dan tepat 6.40, pintu pesawat ditutup. Jam 7 pagi pesawat mulai taxi. Hujan sangat deras hari itu, lalu pramugari mengumumkan bahwa pesawat akan take off dalam 15 menit karena lalu lintas masih padat. Dalam hati, saya berdoa hujan bisa sedikit mereda.

Memang hujan mereda, tapi saat pesawat siap di runway, hujan kembali deras dan jadi sangat deras saat mulai take off. Badan pesawat bergoyang sedikit dan terdengar suara berdecit dari mesinnya. Ngeri. Ini pengalaman pertama take off saat hujan deras. Alhamdulillah, proses take off berjalan sukses meski ngeri. Kami juga mengalami turbulence yang agak lumayan bikin deg-degan lagi sesaat sebelum melintas di atas Kalimantan (menurut peta di LCD).

Saat Taxi



Pesawat JAL yang kami naiki ini memiliki pengaturan kursi 2-3-2. Setiap row memiliki legroom yang luas dan ada LCD untuk setiap kursi.


Setelah sekitar 2 jam, meal service pun dimulai. Karena kami memesan moslem meal, makanan kami datang duluan, lho. Saya tahu bahwa kita bisa pesan special meal ini dari penerbangan ke Amerika tahun 2015 dulu (naik ANA + United Airlines). Nah, waktu pesan tiket ke Jepang lewat Traveloka ini hanya ada pilihan kursi saja. Lalu saya chat CSnya untuk menanyakan soal moslem meal dan ternyata pihak Traveloka yang pesankan ke maskapai.

Sewaktu check-in, petugas memberi tahu kami bahwa pemesanan moslem meal sudah terkonfirmasi. Lalu saat sudah duduk di kursi pesawat, pramugari mengonfirmasi lagi perihal special meal tersebut dan menempelkan stiker di atas kursi kami. Alhamdulillah dapat makanan halal dan datangnya duluan juga, hehe. Sama seperti waktu di ANA dulu, ada beberapa orang yang celingak-celinguk heran karena makanan kami datang duluan.


MOML: Moslem meal. Menunya lengkap dan mengenyangkan.

Seafood. Enak!

Alat makannya bukan plastik. Suka!

Dapat tambahan pisang sementara penumpang lain dapat roti.

Setelah makan, masih ada sekitar 5 jam lagi penerbangannya. Laper lagi dong? Hmm... Nggak juga sih. Dari menu makanan yang disiapkan tadi, nggak semuanya saya habiskan karena kenyang. Yogurt, yakult, dan pisang masih tersisa untuk dimakan belakangan. Selain itu, pramugari menawarkan minum (seingat saya) setiap setengah jam sekali. Pilihan minumnya ada banyak, jus buah (jeruk, tomat, kiwi, apel), ocha, kopi, soda, sampai minuman alkohol pun ada. Kalau mau air panas untuk menyeduh susu bayi juga bisa.

  
Apple juice, kesukaan saya.

Kopi sebelum mendarat.





















Pesawat mendarat di Narita jam 4 sore waktu setempat. Suhu luar dikabarkan hanya 8 Celcius tapi belum terasa karena bandara itu hangat. Di Narita, waktu di imigrasi akan diminta sidik jari telunjuk kedua tangan dan foto. Lalu saat cek dan cap paspor diminta scan jari dan foto lagi. Tidak ditanya apa-apa oleh petugasnya. Setelah cap beres, kami menuju ke bawah untuk ambil bagasi. Tak perlu waktu lama, kami kembali menggeret koper lalu menuju check-in domestik untuk ke Itami. 


Setelah bebas dari koper, kami kembali ke terminal 2 internasional untuk lihat-lihat dan cari makan berhubung penerbangan masih 2 jam lagi dan di penerbangan berikutnya tidak dapat makan.

Berbekal riset sebelum perjalanan, sampailah kami di La Toque, salah satu resto halal di T2 Narita. Gampang sekali ditemukan. Dari eskalator di ujung kanan terminal 2, belok kiri lalu belok kanan, dekat Sevel.

Kami tidak sempat foto depan restonya karena lapar, hehe.


Lupa nama menunya apa, tapi ini nasi dengan Japanese Curry.

Selain kami itu adalah turis Korea.


Untuk rasa, cocok dengan lidah saya. Rasa kari-nya sama lah dengan kari di Margurame Udon. Si pak suami pesan pasta dengan seafood yang rasanya juga enak. Saya lupa detailnya, tapi harga makanan di sini berkisar antara 900-1500 yen per porsi. 

Perut kenyang, kami pun kembali ke terminal domestik untuk boarding. Setelah menunggu sekitar setengah jam, kami mulai masuk pesawat. Kalau penerbangan pertama tadi kami banyak bersama penumpang orang Indonesia, kali ini kami hanya menemukan 2 orang Indonesia lainnya yang terbang bersama kami.

Saya agak terkejut saat masuk pesawat karena seat-nya masih dengan setting 2-3-2 (padahal waktu pesan tiket sudah lihat juga sih), karena saya kira penerbangan domestik akan pakai yang setting-an 3-3. 
Tinggal scan barcode di boarding gate.

Legroom-nya sama dengan yang penerbangan sebelumnya.
Meski penerbangan ini tidak menawarkan meal service, pramugari tetap menawarkan minum 30 menit setelah take off.

Sekitar jam 8 malam, kami mendarat di bandara Itami. Suhu luar saat itu 6 derajat, dan kami turun dari pesawat lalu naik bus ke terminal kedatangan. Pipi sudah terasa bagai ditampar saking dinginnya (untuk manusia tropis macam kami) :p

Begitulah cerita penerbangannya. Agak melelahkan karena harus transit dulu. Tapi dibawa senang saja. Toh semua menjadi bagian dari pengalaman yang akan mengajarkan banyak hal pada kami *senyum manis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nonton Konser BTS! Di Singapore!!

Tiket Pesawat Salah Nama: Jetstar

Jalan-Jalan ke Jepang 2: Dari Bandara ke Airbnb