Jalan-Jalan ke Jepang 2: Dari Bandara ke Airbnb
It's the little things that makes life big.
Kami sampai di bandara Itami sekitar jam 8 malam. Setelah menunggu koper, kami langsung menuju halte limousine bus untuk ke pusat kota Osaka. Kami agak terburu-buru karena jadwal bus terakhir adalah jam 9 malam. Sebenarnya bisa naik monorail lalu dilanjut kereta, tapi harus transit 2 kali dan mengingat koper yang harus digeret-geret, duh, rasanya lebih praktis naik limo bus. Bus ini biayanya 640 yen per orang untuk ke daerah Namba. Dari pemberhentian bus di Namba, kami cukup jalan kaki sekitar 800 m untuk menuju ke Aibnb kami.
Beli tiket di vending machine. |
Halte no. 2 ke Namba. |
Halte limo bus di Namba |
Turun dari bus, geret koper lagi! Kami bawa 2 buah koper: 1 large dan 1 medium. Malangnya, 2 buah roda di koper large kami rusak, karet rodanya terkelupas sehingga jalannya jadi berat. Malam itu suhu dingin, saya hanya pakai jaket biasa (karena malas ambil coat di koper :p), dan ternyata harus menyeberang jalan yang lumayan luas sehingga harus agak berlari karena lampu hijau untuk menyeberang sudah kedap-kedip.
Saat itu, saya merasa betapa manjanya saya di rumah selama ini, sehingga baru jalan begini saja saya sudah kewalahan, haha. Bagi saya, ini inti dari travelling, merasakan hal baru sehingga sadar diri, lebih banyak bersyukur, dan berusaha untuk jadi lebih baik. (Tsaahhh....)
Lanjut geret koper lagi. Setelah berjalan beberapa jauh, saya merasa jalanan menjadi semakin sepi, dan yang tadinya di pinggir jalan banyak toko dan restoran, kini berganti jadi banyak apartemen. Alhamdulillah, berarti sedikit lagi sampai :)
Ohiya, bagi yang belum tahu apa itu Airbnb, jadi Airbnb ini adalah sistem penyewaan rumah, apartemen, atau kamar yang dilakukan oleh pemilik atau pengelola. Nah, di Jepang itu harga hotelnya mahal dan kamarnya kecil. Meski ada alternatif yang lebih bersahabat seperti hostel atau capsule hotel, sepertinya Airbnb ini pilihan tepat bagi yang ingin tetap private tapi dengan harga yang lebih murah daripada hotel.
Kami menyewa satu unit apartemen yang dilengkapi dengan kamar mandi, toilet, dapur (ada kompor, kulkas, dan microwave), dan mesin cuci. Ini pas bagi kami karena selain bisa berdua saja, kami juga bisa masak sendiri untuk sarapan atau cemilan malam-malam. Kalau kalian mau liburan, coba saja intip penawaran Airbnb di tempat tujuan dan bandingkan sendiri harga dan fasilitas yang didapat daripada menginap di hotel. Kalian juga bisa dapat diskon $26 untuk pemesanan pertama dengan mendaftar menggunakan referral dari saya ini.
Bedanya dengan hotel yang ada front office-nya, pemilik Airbnb biasanya menaruh kunci kamarnya di mailbox di depan gedung apartemennya. Nomor mailbox adalah nomor kamar di apartemen tersebut. Jadi setelah pemesanan dikonfirmasi, pemilik atau host akan memberikan kode untuk kita mengambil kunci.
Setelah mengambil kunci, ternyata untuk masuk ke dalam gedung apartemennya, kita harus memasukkan kode lagi di pintu utama. Host juga memberikan kode ini lewat pesan Airbnb. Jadi di pintu utama, masukkan nomor kode yang diberikan (bukan nomor kamar) lalu masukkan kunci kamar ke lubang kunci pintu utama lalu putar, baru pintu utama terbuka. Setelah itu, baru kita menuju ke unit kamar kita lalu membuka pintu seperti biasa.
Kalau travelling, pasti ngebekal ini kaan? Hehe. |
Setelah istirahat sejenak, kami memutuskan untuk keluar sebentar untuk melihat-lihat sekitar apartemen. Sudah jam 11 malam waktu itu tapi masih ada beberapa orang berlalu-lalang baik jalan kaki atau naik sepeda. Sangat sedikit mobil apalagi motor yang lewat meski ini adalah jalan raya besar. Kami yang masih menyesuaikan dengan suhu 3 derajat Celicius malam itu dibuat heran dengan beberapa gadis yang hanya pakai rok pendek dan coat. Ckckck... kuat amat.
Lalu, kami mampir di Sevel untuk cari makanan ringan. Seperti yang banyak dibahas di blog atau vlog traveller ke Jepang, biasanya membeli onigiri di Sevel, kami pun mau coba. Setelah lihat-lihat, kami bingung mana yang isinya telur atau ikan. Tanya ke penjaga kasir tapi dia nggak bisa bahasa Inggris. Pakai gugel translate pun kurang bisa membantu. Akhirnya kami ambil 2 buah yang kata gugel translate: young child dan kimchi. Hahaha.. ternyata ini isi telur ikan dan ikan tuna. Entah mana kimchi-nya. Kami juga beli sandwich isi telur (kelihatan hanya telur isinya) dan nasi dengan udang dan sayuran.
Jalan raya di depan Sevel. Foto ngeblur :D |
Hasil perburuan di Sevel yang sudah diacak-acak. |
Di sini mulai terasa lagi betapa enaknya Indonesia. Mau makan malam-malam ada tukang mi atau sate padang yang lewat depan rumah. Mau martabak tinggal ke perempatan dekat rumah. Malah sekarang bisa pesan lewat ojek online, kita tinggal duduk manis sambil nonton TV. Semua serba ada, serba dekat, serba mudah. Naik angkot atau bus nggak perlu ke halte, dari pinggir jalan mana saja bisa.
Saat travelling, hal-hal kecil yang tidak disadari itu membuat kita merasakan banyak hal sekaligus. Ya, kan? 😊
Komentar
Posting Komentar